Jumat, 11 April 2014

Menapaki Jejak

Lisan merobohkan keteguhan yang meragu.
Aurah menjadi pudar dan lemah.
Nafas terhenti kala harapan terkunci oleh peradaban.

Bulan itu ada,
hanya saja langit gelap tanpa gemerlapnya cahaya
sinar sang bintang fajar,
tentang pagi yang cerah, yang tak kau temui dalam tatapan kosong tak bermakna.

Butakan asa,
pendamkan keraguan yang mendalam tentang siapa dan mengapa,
selalu ada dalam bayangan diantara ada dan tiada.

Kaku jalani kehidupan.
Tetapi selalu saja paksakan diri untuk tetap bertahan,
meski kadang air mata mengalir disela-sela sang fajar.

Saat mata terbuka,
terlihat garis-garis berwarna yang melengkung dilangit.
Namun tak dihiraukan oleh asa yang merasa ditinggalkan.

Padamkan amarah,
hancurkan kegelisahan dan mencoba melangkahkan kaki,
lalu menghentakannya ke bumi.

Yakini setiap apa yang dijalani.
Tekuni setiap apa yang dipelajari.
Mencari arti, menggali makna yang terpendam dari sepenggal ilmu
yang baru berumur petang.

Langkahi semua yang rendah,
dan merasa angkuh dengan kebenaran yang tak mutlak.
Dari mana kebenaran itu melangkah dan berubah menjadi kejenuhan,
hingga akhirnya berbicara sendiri dengan pohon dan tembok yang roboh
ditengah-tengah reruntuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar